Begawan Abiyasa
Begawan Abiyasa lahir di sebuah pulau
Alas Gajah Oya, yang kemudian menjadi Astinapura. Ceritanya, ketika Begawan
Palasara tapabrata, datanglah bidadari untuk mengganggunya, namun tidak
berhasil. Kemudian Betara Guru menyuruh Betara Narada untuk berubah menjadi
burung dan mengganggu Sang Begawan. Burung tersebut membuat sangkar dan beranak
di atas kepala Sang Begawan, tapi kemudian burung itu pergi. Sang Begawan
Palasara merasa kasihan pada anak burung yang ditinggal dan mencari induk
burung yang meninggalkan anaknya. Sampailah Begawan Palasara di tepi Sungai
Gangga. Ia melihat Dewi Durgandini dan memintanya untuk mengantar ia
menyebrang. Di perahu itu terjadi percakapan dan tahulah bahwa Dewi Durgandini
menderita penyakit, yaitu bau amis di sekujur tubuhnya. Begawan Palasara
sanggup menyembuhkannya. Menikahlah Begawan Palasara dan Dewi Durgandini.
Kemudian lahir Sang Abiyasa. Setelah kelahiran Abiyasa, bau amis hilang dan
Dewi Durgandini berganti nama menjadi Dewi Setyawati. Begawan Palasara mengubah
alat-alat untuk melahirkan menjadi Bimakinca, Kencarupa, Rajamala, Dewi
Rekatawati, Rupakenca, dan Setatama. Semuanya menjadi saudara Abiyasa. Begawan
Palasara pun meninggalkan kehidupan dan bertapa di Rahtawu, pegunungan Sapta
Arga. Dewi Setyawati kemudian menikah dengan Prabu Sentanu.
Begawan Abiyasa mengikuti ayahnya yang
bertapa di Rahtawu. Setelah kematian Citranggada dan Citrawirya anak-anak Dewi
Setyawati dengan Prabu Sentanu, Dewi Setyawati meminta Begawan Abiyasa untuk
memberikan keturunan. Atas permintaan ibunya, Begawan Abiyasa menikah dengan
janda adik tirinya. Maka lahirlah Destarata yang buta dari Dewi
Ambika dan Pandu yang tengleng dan bule dari Dewi Ambalika.
Karena anaknya cacat, Dewi Satyawati memintanya untuk berketurunan lagi
sehingga lahir Yamawidura dari dayang bernama Datri. Namun,
Yamawidura pun cacat, yaitu kakinya timpang. Setelah anak2nya cukup dewasa, ia
menyerahkan kepemimpinan kepada Pandu.
Setelah
perang Baratayuda berakhir, Begawan Abiyasa berkeliling mengelilingin Padang
Kuru Seta diiringi oleh seluruh keluarganya melihat bekas-bekas Baratayuda.
Begawan Abiyasa merasa terharu ketika mengetahui tempat bekas Perang Baratayuda
yang rusak, dan mengetahui banyak jiwa-jiwa yang belum sempurna. Maka Begawan
Abiyasa memperbaiki tempat-tempat yang rusak dan memuja jiwa-jiwa yang belum
sempurna sehingga menjadi sempurna. Saat diketahui bahwa Pendeta Durna belum
sempurna jiwanya, maka Begawan Durna menyempurnakan jiwa Pendeta Durna, hal ini
membuat terharu hati para Pendawa dan keluarga. Begawan Abiyasa berumur panjang
sehingga bisa melihat cicitnya Parikesit lahir. Pada akhir hayatnya,
ia moksa dengan dijemput kereta kencana dari kahyangan. Begawan
Abiyasa adalah seorang begawan yang sangat sakti. Begawan Abiyasa juga
dipercaya sebagai orang yang menulis riwayat keluarga Barata.
Nama Ayah : Begawan Palasara
Nama Ibu : Satyawati (Durgandini)
Saudara tiri : Bisma, Citrānggada, Wicitrawirya
Saudara yg lain : Bimakinca, Kencarupa, Rajamala, Rekatawati, Rupakenca, Setatama
Nama Istri : Ambika, Ambalika, Datri
Nama Anak : Destarata, Pandu, Yamawidura
Tempat Tinggal : Sapta Arga
sumber: media wayang Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar